Langsung ke konten utama

MANUSIA DAN FENOMENA BUDAYA

Makalah Pengantar Ilmu Budaya Dan Humaniora

DI SUSUN OLEH:


Yuni Saputri  ( 140501008 )
Tugas Individu ( Resume Buku )
Manusia dan Fenomena Budaya
 ( Menuju Perspektif Moralitas Budaya )
Pembimbing :
Iman Juwaini M.Hum

PRODI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY
TAHUN AJARAN

2014/2015


RESUME BUKU
JUDUL                       : MANUSIA DAN FENOMENA BUDAYA ( Menuju Perspektif
Moralitas Agama )
PENULIS                   : Drs. SUJARWA, M. Hum
CETAKAN                 : ke III
TAHUN TERBIT       : Juli 2005
PENERBIT                 : Pustaka Pelajar Offset
TEMPAT TERBIT     : Yogyakarta
JUMLAH HALAMAN: 206 halaman
BAB 1
PENDAHULUAN: BUDAYA DASAR UNTUK MANUSIA BARU
Buku ilmu budaya dasar ini menyajikan kajiannya pada kehidupan sehari-hari yang dialami oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sifat keilmuannya bertolak pada pandangan agama, filsafat sejarah, dan estetika. Meskipun tidak semua prinsip keilmuan tersebut dapat diasah, namun diharapkan dapat mempertahankan rasio. Rasionalisme yang dimaksud adalah kebenaran ilmiah yang berlandasan pada bidang ilmu masing-masing.
Buku ini disusun didasarkan oleh tiga masalah pokok terkait dengan perkembangan bangsa Indonesia dimasa kini, antara lain : pertama, keberadaan bangsa Indonesia yang beragam terdiri dari perbedaan agama, suku bangsa, agana dan sebagainya yang rentan terhadap terpecah-belahnya bangsa. Kedua, pembangunan yang sedang berlangsung menimbulkan perubahan dalam nilai system budaya sehingga perlu dipersiapkan moralitas bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai moral berbanga yang manusiawi dan berakhlak tinggi. Ketiga, kemajuan di bidang IPTEK mampu memudahkan intensitas antar suku bangsa maupun dengan dunia luar yang tidak semuanya menguntungkan, sehingga dipersiapkan mentalitas moral masyarakat yang berakhlak tinggi.
Pengertian ilmu budaya dasar ( basic humanities ) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan mempelajari Manusia dan Fenomena Budaya diharapkan seseorang akan menjadi lebih manusiawi, berbudaya, dan lebih halus dalam berperilaku dan tutur bahasanya. Dengan begitu lahirlah manusia yang professional dan memahami segala bidang tidak hanya bidangnya saja. Komponen utama dalam mengkaji Manusia dan Fenomena Budaya ada empat, yaitu : filsafat, teologi, sejarah, dan seni. Sedangkan pendekatan yang dipakai adalah Pengetahuan Budaya ( the humanities ), yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk mempelajari masalah manusia dan kebudayaan. Pengetahuan budaya tersebut dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian, ( disiplin ) filsafat, teologi, sejarah dan seni.
Adapun kajian dalam buku ini meliputi delapan pokok pembicaraan. Pertama, manusia dan cinta kasih. Kedua, manusia dan keindahan. Ketiga, manusia dan penderitaan. Keempat, manusia dan keadilan. Kelima, manusia dan pandangan hidup. Keenam, manusia dan tanggung jawab. Ketujuh, manusia dan kegelisahan. Kedelapan, manusia dan harapan.

BAB II
PEMAHAMAN TENTANG ILMU HUMANIORA
Kebudayaan = cultuur ( Bahasa Belanda ), culture ( Bahasa Inggris ) berasal dari Bahasa latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Bertolak dari arti tersebut, kemudian kata culture ini berkembang pengetiannya menjadi ā€œ segala daya dan aktifitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam ā€œ. Kata kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ā€œ ke-budaya-anā€ dapat diartikaan sebagai ā€œhal-hal yang bersangkutan dengan akalā€. Ada sarjana lain yang mengupas kata ā€œbudayaā€ sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk ā€œbudi-dayaā€, yang berarti daya dan budi. Karena itu, mereka membedakan pengertian ā€œbudayaā€ dengan kebudayaan. Budaya adalah ā€œdaya-budiā€ yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan ā€œkebudayaanā€ adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.
Para ilmuan juga turut menarik defenisi dari kata kebudayaan itu sendiri, namun semuanya berprinsip sama yaitu mengakui adanya ciptaan manusia, meliputi perilaku dan hasil kelakuan manusia, yang diatur oleh tatakelakuan dan diperoleh dengan belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Kesimpulannya bahwa kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupan hidupnya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Adapun wujud kebudayaan itu sendiri para ilmuan besepakat ada tiga macam : pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan bepola dari manusia dalam masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Semua bentuk kebudayaan yang ada didunia ini memiliki kesamaan unsur yang bersifat universal. Dalam hal ini Koentjoriningrat menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal, yaitu : 1. System religi dan upacara keagamaan: 2. System dan organisasi masyarakat; 3. System pengetahuan; 4. Bahasa; 5. Kesenian; 6. System mata pencaharian hidup; 7. System teknologi dan peralatan. Keterangan tersebut menandakan bahwa kebudayaan manusia itu hanya dapat diperoleh dalam anggota masyarakat, yang dalam pewarisannya mungkin diperoleh dengan cara belajar. Adapun wujud kebudayaan bersifat material ( jasmaniah ) dan nonmaterial ( rohaniah ). Kesimpulan ini sekaligus memperlihatkan adanya perbedaan pokok antara diri manusia dan hewan, diantaranya: 1. Kelakuan manusia diakui oleh akalnya sedangkan hewan oleh nalurinya; 2. Sebagian besar kehidupan manusia dapat berlangsung dengan bantuan peralatan sebagai hasil kerja akalnya sedangkan hewan pada fisiknya; 3. Perilaku manusia didapat dan dibiasakan melalui proses belajar mengajar, sedangkan hewan melalui proses nalurinya; 4. Manusia memiliki alat komuniksi berupa Bahasa sedangkan hewan tidak; 5. Pengetahuan manusia bersifat akumulatif karena masyarakatnya yang berkembang dan telah mempunyai system pembagian kerja; 6.  System pembagian kerja manusia jauh lebih kompleks daripada hewan; 7. Masyarakat manusia sangat beraneka ragam, sedangkan hewan bersifat tetap.
System budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat manusia tidak lepas dari nilai-nilai yang telah dibangunnya sendiri. Berbagai bentuk niai-nilai budaya tersebut sangan berpengaruh bagi kehidupan masyarakatnya. Karena nilai-niai budaya itu merupakan konsep-konsep yang hidup didalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat tadi. Nilai-nilai tersebut ada yang berpengaruh langsung, dan ada pula yang berpengaruh tidak langsung terhadap kahidupan manusia. Menurut Kluckhoun dalam Koentjoroningrat ( 1981:191-193 ) dijelaskan, bahwa semua system nilai budaya dalam kebudayaan didunia sebenarnya mengenal lima masalah pokok dalam kehidupan manusia. Kelima masalah pokok itu adalah : masalah hakikat dari hidup manusia ( makna hidup/MH ), masalah hakikat dari karya manusia ( makna atau fungsi kerja/MK ), masalah hakikat dan kedudukan manusia dalam ruang dan waktu ( makna ruang-waktu/MW ), dan masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar ( makna alam/MA ).
Menurut Van Peursen ( 1976:18 ), perkembangan kebudayaan dapat dibagi atas tiga tahap : pertama tahap mistis, kedua tahap ontologis, ketiga tahap fungsional. Yang di maksud tahap mistis adalah tahap dimana manusia merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya, yaitu kesuburan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan, seperti yang dipentaskan dalam mitologi-mitologi kebudayaan primitive. Kecendrungan bersifat mistis seperti ini masih sering dijumpai di daerah-daerah yang tingkat modernitasnya rendah.
Tahap kedua disebut tahap ontologis ialah sikap manusia yang tidak lagi hidp dalam kepungan kekuasaan mistis, tetapi secara bebas ingin meneliti segala hal-ikhwal. Manusia mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang pada masa lalu dunia mistis merupakan kepungan bagi dirinya. Manusia pada tahap ini mulai menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar segaa sesuatu ( ontology ). Tahap seperti ini berkembang pada daerah-daerah berkebudayaan kuno yang dipengaruhi oleh filsafat dan ilmu.
Tahap ketiga adalah tahap fungsional, yaitu sikap yang menandai manusia modern. Manusia pada tahap ini tidak lagi terpesona dengan lingkungannya dan kepungan kahidupan mistia, juga tidak lagi dengan kepala dingin mengambil jarak terhadap objek yang menjadi objek penyelidikannya ( sikap ontologis ). Manusia pada tahap ini berusaha mengadakan relasi-relasi baru.
Ketiga tahapan tersebut memiliki hal-hal yang bersifat positif juga memiliki segi-segi yang bersifat negative apabila ā€œ mempunyai tekanan yang berlebihan ā€œ. Pada tahap mistis, ada usaha untuk menguasai orang lain atau proses alam dengan ilmu sihir. Dalam tahap ontologis akan menciptakan budaya yang subtansial, yaitu menjadikan manusia dan nilai-nilainya menjadi semacam benda, barang-barang atau substansi-substansi yang terpecah lepas dari satu dengan yang lainnya. Sedangkan pada tahap fungsional akan  terjadi kecendrungan yang sifatnya operasionalisme, budaya yang saling memperlakukan manusia sebagai buah-buah catur, nomor-nomor dalam seberkas kartu-kartu arsip. Dalam kebudayaan seperti itu ada kecendrungan menjadikan manusia sebagai sekrup dalam sebuah birokrasi raksasa, sebuah slogan pada spanduk, seekor burung hantu yang tersilau lampu-lampu iklan malam hari, dan sebagainya.
BAB III
MANUSIA DAN CINTA KASIH
Secara sederhana cinta bisa dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua makhluk, yang tidak hanya terbatas antara wanita dan pria. Cinta juga bisa diibaratkan sebagai seni sebagaimana halnya bentuk seni lainnya, maka diperlukan pengetahuan dan latihan untuk menanggapi.
Cinta adalah suatu kegiatan, bukan merupakan pengaruh yang pasif. Salah satu esensi dari cinta adalah adanya kreatifitas dalam diri seseorang, terutama dalam aspek memberi dan bukan hanya menerima. Kata cinta mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, atau pun dengan aktifitas pemujaan. Secara longgar, kasih sayang dapat diartikan sebagai perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada seseorang. Dalam kasih sayang paling tidak dituntut adanya dua belah pihak yang terlibat didalamnya, yaitu seseorang yang mencurahkan perasaan sayang, cinta atau suka, dan seseorang yang memperoleh curahan kasih sayang, cinta dan suka. Dalam pengalaman hidup sehari-hari, kehidupan seseorang akan memiliki arti jika mendapatkan perhatian dari orang lain. Jika demikian, perhatian merupakan salah satu unsur dari kasih sayang.
Kemesraan adalah hubungan akrab antara pria dan wanita atau suami istri. Atau dengan kata lain, kemesraan merupakan perwujudan kasih yang telah mendalam. Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Pemujaan kepada Tuhan ini adalah inti, nilai, dan makna kehidupan yang sebenarnya. pemujaan merupakan implementasi dan pengakuan manusia atas kebesaran Tuhan.

BAB  IV
MANUSIA DAN KEINDAHAN
Keindahan, keserasian, renungan dan kehalusan setiap hari dialami dan dinikmati oleh manusia. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, semakin besar pula hasrat dan keinginan seseorang untuk menghargai keindahan. Penghayatan arti dan fungsi keindahan itu berarti akan memperluas wawasan, pandangan, penalaran, dan persepsi calon sarjana. Keindahan berasal dari kata indah artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai nilai keindahan adalah hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, suara, warna, dan seterusnya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keduanya mempunyai nilai sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Keindahan juga bersifat universal artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode, keberadaan atau lokal.
Keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikam, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau keinginan manusia itu pun bersifat demikian, yang jumlahnhya tidak terbatas. Adapun jika dilihat dari tujuannya, satu hal yang sudah pasti, yakni untuk menciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Yang  mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap makhluk adalah sesuatu yang indah dan yang baik. Jadi, keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia, karena dengan keindahan manusia merasa nyaman hidupnya.
Keindahan yang sebenarnya adalah keindahan yang muncul dari persepsi akal dan budi. Adapun keindahan yang muncul dari dorongan nafsu merupakan keindahan semu. Supaya seseorang tidak terjerumus dalam keindahan semu maka harus selalu mempertemukan keindahan subjektif dengan keindahan objektif. Ia harus berupaya mempertemukan selera atau minat orang yang bersangkutan dengan selera atau minat akal budinya.seseorang disebut sebagai orang yang berpribadi mulia, bila orang tersebut  memiliki rasa keindahan atau minat yang cenderung objektif. Keobjektifan seseorang dapat muncul jika sanubarinya telah tertanam niatan budi pekerti yang memang baik.

BAB : V
MANUSIA DAN PENDERITAAN
Penderitaan berarti menahan atau menangggung sesuatu yang tidak menyenangkan, baik itu secara lahir maupun batin. Penderitaan tidak pernah dipisahkan dari kehidupan manusia, yang berupa keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain. dengan mempelajari kasus-kasus penderitaan manusia, berarti belajar tentang sikap, nilai, harga diri, ketamakan, dan kesombongan manusia. Semua itu bermanfaat untuk memperdalam dan memperluas persepsi, tanggapan, wawasan, dan penalaran bagi yang mempelajarinya.
Penderitaan termasuk juga didalamnya kata-kata siksaan. Siksaan didapat manusia baik ketika didunia maupun setelah berada di alam baka yang ditujukan bagi orang-orang yang tidak mentaati perintah Tuhan. Ketika mengalami siksaan yang terasa adalah rasa sakit. Rasa sakit adalah rasa yang tidak enak  bagi si penderita. Rasa sakit dapat menimpa siapa saja, tidak memandang kaya-miskin, besar-kecil , tua-muda, dan bodoh-pintar. Penderitaan yang berupa rasa sakit dan siksaan merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena adanya siksaan dan rasa sakit membuat orang menderita. Dalam pengalaman hidup sehari-hari manusia dikenal adanya tiga macam rasa sakit, yaitu sakit hati, syaraf atau jiwa, dan sakit fisik.
Jika manusia ingat akan dosa maka terbayanglah neraka, sehingga terlintas dalam alam pikiran manusia adanya siksaan, rasa sakit, dan penderitaan yang hebat. Hal ini menandakan antara neraka, siksaan rasa sakit, dan penderitaan mempunyai hubungan sebab-akibat yang tidak dapat dipisah-pisah. Manusia masuk neraka karena dosa, maka jika berbicara tentang dosa berarti berkaitan juga dengan kesalahan. Nasib yang kebetulan mambawa manusia pada penderitaan dan siksaan harus diubah. Akan tetapi, perubahan ini tidak dengan bunuh diri nelainkan dengan menyesali perbuatan-perbuatan yang semula memang tidak baik, dengan janji tidak akan mengulanginya lagi.

BAB VI :
MANUSIA DAN KEADILAN
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.  Jika kita mengakui hak hidup kita, maka mau tidak mau kita wajib untuk mempertahankan hak hidup itu dengan bekerja keras tanpa merugikan orang lain. Sebab orang lain pun memiliki hak hidup yang sama dengan kita. Jadi, keadilan pada dasarnya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban.
Setiap harinya kehidupan manusia selalu dihadapkan dengan masalah keadilan dan ketidakadilan. Oleh karena itu, permasalahan keadilan dan ketidakadilan tidak pernah surut mengilhami kretivitas manusia untuk berimajinasi. Dalam konteks keadilan sering erat hubungannya dengan kejujuran dan kecurangan. Kejujuran adalah jujur, berarti apa yang dikatakan seseorang akan sesuai dengan hati nuraninya. Jujur dapat pula diartikan seseorang yang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Orang yang menepati janji atau menepati kesanggupan, baik yang telah terlahir dalam kata-kata maupun yang masih dalam hati ( niat ) dapat pula dikatakan jujur. Sedangkan, bagi orang-orang yang tidak menepati janjinya berarti telah mendustai dirinya sendiri maka niat yang telah terlahir dalam kata-kata jika tidak ditepati disebut kebohongan. Kecurangan berarti apa yang dikatakan tidak sesuai dengan hati nurani. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat dan senang apabila masyarakat disekelilingnya menderita.
BAB VII
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat berkembang mencapai kemajuan dalam berbagai bidang ilmu karena terdorong oleh cita-citanya. Dinamika masyarakat akan terwujud dengan adanya cita-cita dan pandangan hidup tersebut. Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu, ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman dan arahan. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan  hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup sangat mutlak diperlukan oleh manusia, dan tentu manusia mempunyai pandangan hidup. Sebab tanpa pandangan hidup manusia tak punya arah yang jelas, dengan adanya pandangan hidup manusia mencoba memahami arti kehidupan sekitar. Dengan demikian, dia berusaha menangkap makna dan tujuan keberadaannya hidup di dunia ini. Pandangan hidup mencakup cita-cita, kebajikan, keyakinan, usaha dan perjuangan. Yang menjadi pegangan arah hidup manusia.

BAB VIII
MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Dengan begitu, tanggung jawab dapat diartikan berbuat sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab, karena manusia disamping sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia dituntut untuk bertanggung jawab, karena ia mementaskan sejumlah peran dalam konteks sosial, individual, dan teologis.
Macam-macam tanggung jawab adalah, tanggung jawab pribadi terhadap diri sendiri, tanggung jawab kepada keluarga, tanggung jawab kepada masyarakat, tanggung jawab kepada bangsa dan Negara, dan tanggung jawab kepada Tuhan. Rasa tanggung jawab tersebut harus diiringi oleh rasa pengabdian dan dilandasi oleh kesadaran. 

BAB IX
MANUSIA DAN KEGELISAHAN
Gelisah artinya resah, rasa tidak tentram, rasa selalu khawatir, tidak tenang, tidak bisa sabar,      cemas, dan sebagainya. Kegelisahan berarti perasaan gelisah, khawatir, cemas, dan takut. Siapapun orangnya suatu saat pasti pernah merasakan hal-hal serupa. Mengapa semua ini harus terjadi pada diri manusia ? alasan mendasar, karena manusia memiliki hati dan perasaan.   Sebagian kegelisahan tersebut disebabkan oleh rasa takut akan kehilangan hak, nama baik, maupun ancaman dari luar dan dari dalam. Meskipun hal tersebut kadang-kadang tidak didasari oleh sebab-sebab yang jelas. Perasaan-perasaan semacam ini dalam kehidupan manusia silih berganti dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Orang yang sedang gelisah hatinya tidak tentram, merasa khawatir, cemas, dan seagainya. Bentuk kegelisahan bisa berupa keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian hidup.

BAB X
MANUSIA DAN HARAPAN
Harap artinya suatu  keinginan, permohonan, atau  penantian. Adapun kata harapan itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu keinginan yang belum terwujud dan diupayakan agar terwujud. Setiap orang memiliki harapan sendiri-sendiri. Manusia yang tiada harapan dalam hidupnya tidak ada artinya sebagai manusia. Manusia yang tidak mempunyai harapan berarti tidak diharapkan lagi keberadaannya. Secara kodrati dalam diri manusia memiliki dorongan-dorongan, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Harapan dapat dikatakan sebagai fenomena yang sifatnya universal. Artinya, keberadaan harapan yang berkembang dalam diri manusia itu merupakan sesuatu yang wajar, dimanapun mereka berada. Setiap manusia tidak peduli latar belakangnya, mereka mempunyai keinginan untuk terpenuhi segala harapan yang ada pada dirinya.
Harapan harus juga dilandasi oleh kepercayaan. Kepercayaan itu sendiri dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan tentang kebenaran. Dengan demikian dasar kepercayaan adalah kebenaran. Pemahaman dan kepercayaan setiap individu merasa pasti, bahwa tujuan hidupnya untuk kebahagiaan yang sempurna tidak sekedar terdapat didunia ini melainkan ada didunia lain yang lebih abadi yaitu akhirat ( dunia setelah mati ). Keyakinan itu berdampak pada kehidupan manusia untuk membawa kehidupan didunia menuju kedamian akhirat. Untuk itu, manusia dituntut agar berbuat menyesuaikan diri dengan tuntutan keyakinannya terhadap Tuhan, tetapi ada kecenderungan manusia dilupakan oleh kehidupan dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKNA SYAIR PERAHU

Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Modern II MAKNA SYAIR PERAHU DI SUSUN O LEH: Yuni Saputri   ( 140501008 ) Pembimbing : Imam Juwaini UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA PRODI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM TAHUN AJARAN 2016/2017 MAKNA  SYAIR  PERAHU  KARANGAN  HAMZAH  FANSURI 1.       Inilah gerangan suatu madah Mengarangkan syair terlalu indah Membetulkan jalan tempat berpindah, Disanalah Iā€™tikaf di perbetul sesudah Maknanya : penulis yaitu Hamzah Fansuri ingin menyajikan sebuah syair dengan kata-kata indah  yang berisikan tentang perjalanan hidup manusia mencapai pulai kemenangan yaitu akhirat dan bagaimana membenahi iman agar ketika kita mengarungi jalan tersebut , kita  melaluinya dengan  sebaik-baiknya. Nilai yang terkandung dalam bait ini adalah nilai tauhid. 2.       Wahai muda, kenali dirimu, Ialah perahu...

PERADABAN LEMBAH SUNGAI EUFRAT

Makalah Sejarah Dunia Peradaban Lembah Sungai Eufrat DI SUSUN O LEH: Yuni Saputri   ( 140501008 ) Pembimbing : Asmanidar, M.A UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA PRODI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM TAHUN AJARAN 2015/2016   BAB  I : PENDAHULUAN A.     Latar  Belakang  Masalah Peradaban berasal dari kata adab yang dapat di artikan sopan, berbudi pekerti, luhur, mulia,berakhlak, yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia. Peradaban adalah  perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia sebagai pendukung dari kebudayaan tersebut.  Artinya peradaban muncul ketika manusia telah mencapai tingkat pemikiran tertinggi dari suatu bangsa. Tidak semua bangsa di dunia ini mencapai titik peradaban tersebut. Karena suatu bangsa yang telah mencapai peradaban di cirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni yang telah maju. ...

PENGARUH ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN INDONESIA

Makalah Sejarah Dan Kebudayaan Indonesia PENGARUH ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN INDONESIA DISUSUN O LEH: Yuni Saputri   (140501008 ) Marzatil Husna ( 140501009 ) Pembimbing : M.Yunus PRODI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY TAHUN AJARAN 2015/2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengaruh Islam Terhadap Kebudayaan Indonesia ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamya. Dan kami juga berterima kasih pada dengan mata kuliah Sejarah Dan Kebudayaan Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi pe...