Tugas Mata
Kuliah Sejarah Pemikiran Modern II
MAKNA SYAIR
PERAHU
DI SUSUN OLEH:
Yuni Saputri ( 140501008 )
Pembimbing :
Imam Juwaini
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
FAKULTAS ADAB
DAN HUMANIORA
PRODI SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM
TAHUN AJARAN
2016/2017
MAKNA SYAIR PERAHU
KARANGAN HAMZAH FANSURI
1.
Inilah
gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetulkan jalan tempat berpindah,
Disanalah I’tikaf di perbetul sesudah
Maknanya : penulis yaitu Hamzah
Fansuri ingin menyajikan sebuah syair dengan kata-kata indah yang berisikan tentang perjalanan hidup
manusia mencapai pulai kemenangan yaitu akhirat dan bagaimana membenahi iman
agar ketika kita mengarungi jalan tersebut , kita melaluinya dengan sebaik-baiknya. Nilai yang terkandung dalam
bait ini adalah nilai tauhid.
2.
Wahai
muda, kenali dirimu,
Ialah perahu tamsil tubuhmu,
Tiadalah berapa lama hidupmu,
Ke ahirat jua kekal diammu.
Maknanya : penulis meminta kita
untuk mengenali diri kita sendiri agar kita dapat mengenali Tuhan, seperti
dalam sebuah hadist. Penulis juga mengibaratkan tubuh manusia itu layaknya
perahu, yang menjelajahi laut kehidupan duniawi yang bergelora dalam
perjalanannya menuju pulau idaman, yaitu pantai Alam Rohani yang baka. Tujuan
dari tamsilan tersebut adalah agar kita mengerti bagaimana sulitnya mencari
keridhaan Tuhan dan mencapai surga-Nya. Kita juga harus tau dunia ini hanyalah
persinggahan, karna tempat kekal yang terakhir kita tuju adalah akhirat. Nilai
yang terkandung dalam bait ini adalah nilai pendidikan.
3.
Hai
muda arif budiman,
Hasilkan kemudi dengan pedoman,
Alat perahumu jua kerjakan,
Itulah jalan membetuli insan.
Maknanya : penulis memanggil kaula
muda dengan sebutan arif budiman, agar genarasi depan menjadi pemuda/I yang
bijaksana, cerdas serta berbudi baik. Dalam menjalani kehidupan didunia,
manusia diharuskan memiliki pedoman hidup berdasarkan agama Tuhan yaitu
Al-quran dan Hadist. Ibarat ketika mengarungi lautan luas, manusia memerlukan
kompas agar tidak terombang-ambing . Nilai yang terkandung dalam baik ini
adalah nilai sosial.
4.
Perteguh
jua alat perahumu,
Hasilkan bekal air dan kayu,
Dayung pengayuh taruh disitu,
Supaya laju perahumu itu.
Maknanya : bait ini menjelaskan
betapa pentingnya menyiapkan perkebakalan selama mengarungi lautan luas. Artinya manusia harus
membekali dirinya dengan keperluan yang nantinya sangat berguna bagi tempat
yang dituju dan agar selamat mencapai akhirat. Karna itulah cara ag ar manusia menjadi manusia yang baik di
dunia dan akhirat. Nilai yang terkandung dalam bait ini adalah nilai
pendidikan.
5.
Sudahlah
hasil kayu dan ayar,
Angkatlah pula sauh dan layar,
Pada beras kekal jantanlah taksir,
Niscaya sempurna jalan yang kabir.
Makanya : selain memiliki pedoman,
dalam menjalani kehidupan manusia juga harus mempunyai keperluan lain yang
membantunya menuju akhirat. Keperluan tersebut adalah amal kebajikan yang akan
menjadikan manusia tersebut sebagai manusia bertaqwa. Nilai yang terkandung
dalam bait ini adalah nilai pendidikan.
6.
Perteguh
jua alat perahumu,
Muaranya sempit tempatmu lalu,
Banyaklah disana ikan dan hiu,
Menanti perahumu lalu disitu.
Maknanya : dalam memperteguh iman dan menyiapkan perbekalan akhirat
kita, pastinya kita akan mendapatkan tantangan-tantangan yang menghadang.
Ibarat sebuah pepatah “semakin tinggi pohon, maka semakin kencang pula angin
yang menerpanya”. Tantangan tersebut siap membawa kita kearah kehancuran jika
kita tak mampu menghadapinya.
7.
Muaranya
dalam, ikanpun banyak,
Disanalah perahumu keram dan rusak,
Karangya tajam seperti ombak,
Keatas pasir kamu tersesak.
Maknanya : kata “muaranya dalam,
ikanpun banyak” diartikan apabila iman kita sudah kuat, maka tantangan yang
kita hadapi pun semakin besar. Tantangan itu akan menjadikan manusia lemah dan
melemahnya iman..
8.
Ketahuilah
olehmu hai anak dagang,
Riaknya rencam ombaknya karang,
Ikanpun banyak datang menyarang,
Hendak membawa ketengah sawang.
Maknanya : Hamzah Fansuri menyebut
manusia sebagai anak dagang karena manusia adalah perantau. Jika manusia tak
mampu menghadapi tantangan yang diberikan maka tantangan tersebut akan membawa
manusia kepada kemungkaran. Oleh sebab itu manusia tidak boleh lalai dalam
menjalani kehidupan ini dan harus mengumpulkan bekal untuk hari akhirat kelak.
9.
Muaranya
itu terlalu sempit,
Dinamakan lalu sampan dan rakit,
Jikalau ada pedoman dikapit,
Sempurnalah jalan terlalu ba’id.
Maknanya : penulis menyeru kepada
manusia agar menyadari bahwa masa hidup di dunia tidaklah lama, karna dunia
hanyalah sementara. Sedangkan dalam masa hidup didunia ini manusia harus
mengumpulkan bekal-bekal amal. Karna jika semua hal tersebut kita lakukan,
jalan kehidupan selanjutnya yaitu akhirat akan menperoleh kemenangan.
10.
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Maknanya :
Hamzah Fansuri meminta kepada manusia untuk terus memperkuat iman kita,
melakukan amal kebaikan sebanyak-banyaknya karena untuk mendapatkan kebajikan
akhirat tidaklah mudah. Sangat jauh jalan yang harus ditempuh serta tantangan
yang dihadapi pun semakin banyak.
11.
Lengkapkanlah pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selabuh rencam ombaknya cabuh,
LILA akan tali yang teguh.
derasmu banyak bertemu musuh,
selabuh rencam ombaknya cabuh,
LILA akan tali yang teguh.
Maknanya :
kita diharuskan memperbanyak amalan dan kebutuhan lainnya karna dalam
menjalani kehidupan tidaklah mudah jika tak mempunyai kebutuhan pelengkap.
Kebutuhan ini bisa berupa sandang dan papan. Dan untuk memperteguh keimanan,
manusia harus berpegang pada Lailahaillallah.
12.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selabu yang rencam itu
pedoman bertuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
teduhlah selabu yang rencam itu
pedoman bertuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
Maknanya : karna
siapapun yang berpegang pada Lailahailallah maka perjalanan seorang sufi atau
manusia mencapai akhirat akan menjadi mudah. Dan seolah-olah merasa hidup di
dunia memang lah sementara sebagai persinggahan. Dengan begitu seseorang
tersebut sampai ke pulau yang menjadi tujuan akhir begitu baik.
13.
LILA jua yang engkau ikut,
di laut keras topan dan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
di laut keras topan dan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Maknanya
: Syahadat yang dipegang teguh pasti akan melindungi manusia dari berbagai
tantangan yang akan dihadapi seiring perjalanan manusia itu sendiri. Maka dari
itu manusia harus tetap berjalan dijalan yang lurus dan jangan menyimpang dari
arah yang benar.
14.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
Maknanya :
dalam perjalanan perahu yang ditamsilkan dengan kehidupan seseorang, suatu
waktu pasti mendapat tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Disitulah
manusia diuji setebal mana keimanan terhadap Tuhan. Banyak manusia yang gugur
atau menyalahi atau tenggelam di laut tersebut.
15.
Laut Silan Wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Maknanya : bait ini mengandung makna bahwa Tuhan akan
menampilkan wujudnya untuk memberi rintangan kepada manusia yang sedang
berjuang di lautan luas. Rintangan tersebut akan menghancurkan dan membelokkan
aqidah manusia, namun manusia harusnya mempertebal keimanannya dan jangan
sampai tergoda oleh cobaan tersebut.
16.
Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal jauh dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal jauh dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
Maknanya : pada bait ini menjelaskan tujuan
akhir atau pelabuhan perjalanan kehidupan manusia yang sungguh indah yaitu
Surga Tuhan. Sebagai seorang hamba yang sedang hidup di
permukaan bumi ini dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Dan setelah waktu
itu berakhir ia akan pindah beralih ke kehidupan di alam lain yang bersifat
abadi, yaitu hari akhirat. Barang siapa banyak menlakukan amal kebjikan
selama hidup di dunia maka ia mendapat balasan yang baik dan bertemu Tuhan
dengan batin (menurut ilmu suluk). Karena itulah bentuk kesempurnaan Tuhan.
17.
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Maknanya
: tantangan hidup adalah suatu cobaan yang harus dihadapi guna melengkapi
certia perjalanan hidup. Meskipun berat,
kita harus tetap menuju jalan yang benar dan berpegang teguh pada
syariat Tuhan.
18.
Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
Maknanya :
maksud dari laut kulzum dalam bait ini adalah tantangan hidup lainnya yang
tidak kalah berat dengan tantangan sebelumnya. Tak jarang pula manusia terlena
dan akhirnya meninggalkan aqidah syariat Tuhan,
karena mementingkan duniawi di dalam tantangan ini.
19.
Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rancam,
ingati perahu jangan tenggelam.
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rancam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Maknanya
: dalam syair ini mengandung amanat bahwa manusia harus setiap saat mengingat
Tuhan serta aqidahnya. Agar kita tak terlena dengan kehidupan yang membuat
aqidah manusia itu hancur.
20.
Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamatlah engkau ke pulau itu dan berlabuh.
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamatlah engkau ke pulau itu dan berlabuh.
Maknanya :
dengan selalu memegang teguh pada syahadah, tantangan yang dihadapi manusia tak
terasa berat karena Tuhan selalu meringankannya hingga akhir nanti ke tempat
tujuan terakhir yaitu akhirat.
21.
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Maknanya
: pada bait ini Hamzah Fansuri mulai menjelaskan tentang paham Wahdatul Wujud
yang kembangkannya. Telah datang waktu manusia dan Allah menyatu. Manusia
disini adalah manusia yang bertaqwa dengan sebaik-baik taqwa. Dan mereka yang
berhasil sampai kepada pulau kemenangan dengan kelengkapan amal kebajikan.
22.
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
Maknanya : jika
pada bait awal Hamzah Fansuri menyamakan perahu dengan tubuh manusia, maka pada
bait ini beliau menyamakan perahu dengan wujud Allah. Karena berdasarkan paham
wahdatul wujud yang dikembangkan oleh beliau, akan tiba pada suatu masa tuhan
dan manusia akan menyatu , begitu sebaliknya.
23.
“Taharat dan istinja'” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Maknanya : bait
ini mengandung makna tentang perwujudan Tuhan dengan manusia. dan juga bentuk
kebesaran Tuhan. Terdapat dalam bait, menjelaskan bahwa berbagai rintangan dan
tantangan serta hal-hal yang berkaitan dengan perjalanan manusia mencapai
akhirat diperwujudkan dengan Tuhan.
24.
LILA akan talinya
Kamal Allah akan tiangnya
Assalamualaikum akan tali lenggangnya,
Taat dan ibadah anak dayungnya.
Maknanya : bait ini juga menjelaskan mengenai perwujudan
Tuhan dengan alam semesta.
25.
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarkan,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
istigfar Allah akan layarkan,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
Maknanya : bait
ini menjelaskan tentang ibadah yang diibaratkan sebagai pemulus jalan manusia
ketika sedang berlayar di lautan luas demi mencapai pulai idaman.
26.
“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
Maknanya
: bait ini menjelaskan mengenai
sifat-sifat Tuhan yang diibaratkan dengan tempat persinggahan manusia ketika
mengarungi lautan . Bait tersebut lagi
lagi menjelaskan paham Wahdatul Wujud.
27.
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
Maknanya :
setelah penjelasan mengenai perjalanan hidup manusia dan kelak akan bersatu
dengan Tuhan bagi siapa yang beriman, penulis memulai penjelasan baru mengenai
alam kubur. Kedua penjelasan tersebut
sangat berhubungan. Karena setelah manusia melewati hidup di dunia
selanjutnya roh tersebut akan melalui hidup di alam kubur. Dalam bait ini
mengandung nasihat agar ketika hidup didunia janganlah terlalu mengejar dunia,
karena jika sudah di alam kubur kita hanya berdua dengan amal perbuatan saja.
28.
Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur
di balik papan badan terhancur.
di balik papan badan terhancur.
Maknanya : penulis
memulai penjelasan mengenai alam kubur atau alam barzah dengan menyeru agar mengenali
diri manusia sendiri. Dan selanjutnya mengenai keadaan manusia itu ketika sudah
sampai di kubur yaitu dalam keadaan tersungkur dan sendiri tiada berteman
kecuali amal kebajikan yang dilakukan selama di dunia.
29.
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
Maknanya :
ketika kita hidup didunia adakalanya Tuhan memberikan kekayaan lebih kepada
manusia. namun ketika di akhirat taka da bedanya si Kaya dan si Miskin. Karena
rumah terakhir kita tetap sama. Dan ketika didunia janganlah terlena dengan
harta yang berlimpah, jangan sampai harta tersebut menjadikan manusia silau
hingga menghilangkan ketaqwaan terhadap Tuhan. Karena seperti dalam suatu
pepatah arab “ilmu itu menjaga engkau, sedangkan harta engkau yang menjaganya”.
Ilmu disini adalah ilmu yang bermanfaat dan mampu membawa kita pada kebajikan.
30.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Maknanya
: tak lama setelah pemakaman seseorang selesai, roh tersebut didatangi oleh
malaikat Munkar dan Nakir untuk melaksanakan tugas Tuhannya. Yaitu menanyakan
amal perbuatan manusia selama di dunia. Hal utama yang ditanyakan adalah salat.
Karna salat merupakan tiang agama.
31.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)
Maknanya : bait
ini menjelaskan hisab Tuhan yang tak bisa disangkal serta siksa dan azab Tuhan yang teramat sangat perih. Hingga jika saja
terkena azab itu, tubuh manusia akan hancur dan remuk. Dalam bait ini terdapat
satu baris akhir yang tidak terbaca. Karena dalam naskah asli tulisan baris ini
sudah hilang.
32.
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cambuknya banyak tiada terbilang.
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cambuknya banyak tiada terbilang.
Maknanya : bait
ini berisi tentang malaikat yang akan
menyiksa roh sesampainya ia di alam alam
kubur. Roh akan disambut oleh malaikat kubur
yaitu Munkar wa Nakir. Dengan suara yang keras serta membawa tongkat panjang
dan cambuk akan sangat menakutkan.
33.
Kenali dirimu hai anak Adam !
Tatkala di dunia terangnya alam
Sekarang dikubur tempat mukelak,
Tiada berbeda siang dan malam.
Maknanya : dalam bait ini penulis ingin lebih
merincikan bagaimana keadaan alam kubur yang sunyi, sepi dan gelap gulita. Jika
di dunia mengalami dua keadaan yaitu terang di siang hari dan gelap di malam
hari, maka ketika berada di alam kubur akan selalu gelap. Takkan ada perbedaan
antara siang dan malam.
34.
Kenali dirimu, hai anak adam!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
Maknanya :
keadaan manusia ketika dikubur sangat buruk. Yaitu hanya terbujur kaku dbalik
papan. Dingin dan gelap yang menyertai.
Tak ada seorang pun yang bisa menemani manusia di alam kubur. Akan
benar-benar sendiri.
35.
LILA itu
firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.
Makanya
: Kalimat syahadat adalah kalam Tuhan, barang siapa yang menanamkan kalimat itu
didalam hati, maka hendaklah ia hanya kepada Allah meminta pertolongan. Karena
masa dulu hingga sekarang masih banyak manusia yang meminta pertolongan kepada
selain Allah. Dalam bait ini terdapat tema utama yang ingin dibahas oleh
penyair yaitu tema mengenai Iman. Terlihat jelas, dimana letak iman itu
sebenarnya yaitu terletak di setiap hati yang insaf dan beriman. Iman tak bisa
dinampakkan keluarr. Dan jangan sampai dunia menjadikan kita lalai dalam mengingat
Allah.
36.
LILA itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
Maknanya : bait
ini mengandung nasehat rohani, yaitu kegunaan dan fungsi kalimat Syahadah itu
sangatlah besar dan penting. Hingga mampu memandang hal-hal gaib. Namun juka
manusia salah dalam memandangnya maka ia akan binasa.
37.
LILA itu jangan kau permudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan LILA
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan LILA
Maknanya : bait
ini mengandung makna bahwa manusia janganlah memudah-mudahkan atau menganggap
enteng dalam beriman kepada Allah. Tiada tempat lain untuk dituju oleh manusia
kecuali akhirat. Maka dari itu tetaplah berpegang teguh pada kalimat Syahadah,
karna makhluk yaitu manusia yang benar-benar beriman akan bersama dengan Tuhan di akhirat kelak.
38.
LILA itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
Maknanya :
manusia hendaknya jangan melalaikan perintah Allah. Terus berzikir, mengingat
Allah dan menjalankan ibadah siang malam. Dalam bait ini juga terdapat anjuran,
harusnya menjadikan ibadah sebagai pakaian. Artinya ibadah adalah suatu
kebutuhan yang sangat penting. Ibadah yang dilakukan adalah seperti yang telah
diperintahkan Allah dan disampaikan oleh rasulnya. Karna seperti dalam sebuah
pepatah ibadah tanpa ilmu adalah sia-sia, dan ilmu tanpa ibadah taka da gunanya.
39.
LILA itu
kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
Maknanya :
Syahadah adalah kalimat yang kuat, mampu menenangkan jiwa dan mampu memadamkan
kobaran emosi jiwa. Karena itu akan banyak godaan jin dan syaitan yang akan menyerang jiwa-jiwa yang berpegang
teguh pada imannya. Maka dari itu manusia haruslah benar-benar beriman pada
Allah.
40.
LILA itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
Maknanya
: bait ini mengandung nasihat bahwa hendaknya kalimat LILA adalah kalimat
terakhir yang diucapkan sebelum manusia meninggal. Dan kata makrifah selalu digandengkan dengan kata-kata
tauhid. Ini karena setiap hamba yang ketauhidannya sudah benar, maka pada
puncaknya ia akan berada pada sebuah maqam yang tertinggi yaitu makrifat.
Makrifat adalah seseorang hamba telah benar-benar mengenal Tuhannya dan ia
mampu merasakan bahwa Tuhan selalu berada di sisinya. Bait ini juga memperjelas paham Wahdatul
Wujud, yang melihat antara wujud Tuhan dan wujud mahkluk sebagai satu kesatuan.
Penjelasan tersebut terletak pada
kalimat akhir bait ini yaitu, hamba dan Tuhan tiada berbeda.
41.
LILA itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
Maknanya : bait
ini mengandung arti bahwasanya Allah adalah satu-satunya tempat manusia mencari
jawaban dan pertolongan. Doa manusia akan selalu terijabah oleh Tuhan.
42.
LILA itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
Maknanya : Kalimat LILA adalah tempat umat muslim
bersaksi akan keteguhan hatinya untuk mengikuti perintah Tuhan, beriman kepada
Tuhan dan percaya kepada Rasul Tuhan. Karna kalimat tersebut menjadikan jalan
untuk kehidupan di alam akhirat akan selamat dan
bahagia karena dijamin masuk ke dalam syurga. Tidak akan ada kata sulit untuk bertemu Tuhan, hal tersebut
berdasarkan pemahaman Wahdatul Wujud. Manusia yang beriman akan menyatu dan
bertemu dengan Tuhan.
MAKNA DAN ISI SYAIR PERAHU KARANGAN
HAMZAH FANSURI.
Syair adalah salah
satu karya sastra yang berkembang di Aceh pada masa akhir abad ke-18 sampai
awal abad ke-19. Salah satu sufi (ulama tassawuf ) yang turut andil dalam
mengikuti perkembangan ini adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya berjudul Syair
Perahu. Ide pokok syair ini ialah penulis hendak memaparkan penyatuan sufi
dengan sang Khalik, sesudah menyelesaikan perjalanannya, terutama dengan
berpegang teguh pada hukum syariat dan kalimat syahadah. Syair ini juga
membandingkan kehidupan manusia dengan sebuah perahu yang berlayar dilautan
luas yang didalamnya terdapat ikan dan hiu sebagai rintangan dalam perjalanan
perahu itu. Seringkali perahu ini terpaksa menghadang angina keras dan angina
topan yang menghantamnya untuk hancur. Banyak perahu yang karam karenanya. Oleh
karena itu, para anak dagang perlu berpegang pada LILA ( La ilaha illa’llah)
dan hapuskan segala nafsu dan jangan bersusah payah mengumpulkan emas dan uang
(harta). Tapi berlomba-lombalah mengumpulkan amal ibadah. Disamping itu para
anak dagang (perantau/pelayar) juga dinasehati agar mengenali dirinya untuk
mengenal Khaliknya, karna menurut pengarang Tuhan dan Hamba itu tiada berbeda.
Akhir sekali para anak dagang dianjurkan untuk menuntut ilmu agar mampu menjawab
pertanyaan Munkar wa Nakir di alam kubur.
Isi syair perahu
dibagi atas beberapa bagian :
-
Bagian
pertama adalah prolog syair. Yaitu kata pengantar dari penulis sebelum ia
memasuki tema-tema pokok syair. Tentunya prolog ini bertujuan untuk memberikan arah
kepada pembaca agar mengetahui sejak awal kemana sesungguhnya penyair ingin
mengajak pembacanya. Oleh karena itu prolog selalu berada paling atas dari
bait-bait syair setelah redaksi judul.
-
Bagian
kedua adalah symbol perahu. bait selanjutnya penulis memasuki isi dari syair.
-
Bagian
ketiga adalah ekstalogi alam barzah. Yaitu isi tambahan yang diselipkan penulis
sebagai nasihat dan informasi tambahan kepada pembaca. Bagian ini juga sebagai
penyambung denga isi selanjutnya.
-
Bagian
keempat adalah ide pokok syair, Wahdatul Wujud. Salah satu konsep yang sangat populer dibahas oleh hampir seluruh peneliti
tentang tokoh Hamzah Fansuri adalah konsepnya tentang wahdatul wujud. Secara
konseptual wahdatul wujud adalah satu kesatuan wujud antara wujud Tuhan dengan
wujud mahkluk. Dengan bahasa lainnya, wujud Tuhan adalah wujud makhluk dan
begitu juga wujud makhluk adalah wujud Tuhan.
-
Bagian terakhir adalah iman, Tauhid dan Makrifat. Dalam kajian ilmu tasawuf, banyak tema-tema yang dibicarakan orang ahli
sufi hulul, ittihad, insan kamil, makrifat, mahabbah, wahdatul wujud, wahdatus
syuhud, tauhid, iman dan lain sebagainya. Demikian juga halnya Hamzah Fansuri
yang ikut membicarakan tema-tema di atas dalam syair perahunya. Namun penyair
membatasi pembicaraan seputar tema besar tersebut hanya pada tiga kategori
yaitu iman, tauhid dan makrifat. Di sini beliau tidak berbicara masalah
mahabbah ataupun isyq sebagaimana yang terdapat di dalam karya-karya beliau
lainnya. Pembatasan pada tiga tema besar ini dilakukan sang penyair, supaya
tidak akan mengganggu tema utama yang diusung oleh syair perahu, yaitu tentang
simbolisme perahu. Makanya tema pendukung ini hanya mengambil space dalam syair
ini pada 6 bait saja.
Assalamualaikum. Maaf ganggu ya kak. Saya mau minta ijin untuk mengambil maklumat tentang makna Syair Perahu sebagai rujukan untuk penyelidikan saya. Bisa nggak? Terima kasih ya kak.
BalasHapus