BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Penulisan sejarah Islam di Indonesia telah banyak dilakukan
oleh para sarjana Indonesia dan mancanegara, dikaji dari berbagai perspektif,
baik itu sejarah, politik, sosiologi dan budaya. Namun kajian sejarah Islam
Indonesia di tingkat lokal melalui persepsi dan perilaku para aktor masih
sedikit sekali, lebih khusus lagi kajian sejarah Indonesia di Aceh. Hal ini
diduga karena penulisan sejarah sejarah Islam Indonesia di tingkat lokal Aceh
masih terbatas pada peristiwa-peristiwa umum dan besar, jika pun menyinggung
para aktor, lebih kepada aktivitas pemikiran dan politik mereka ketika
peristiwa tersebut terjadi. Jarang
sekali ada kajian sejarah tentang sejarah Islam
Indonesia para aktor yang dikaji secara utuh melalui penelusuran
Penulisan sejarah Islam Aceh dimulai
pada masa masuknya Islam ke Indonesia, sejarah mencatat tempat pertama proses
Islamisasi tersebut adalah Aceh. Khususnya di Perlak. Sebelum Islam sangat
sedikit ditemukan tulisan-tulisan bernafaskan Hindu-Budha. Bukti peninggalan
Hindu-Budha hanya ditemukan pada benda arkeologi.
Masa awal masuk Islam penulisan
berbentuk hikayat-hikayat yang ditulis dalam naskah. Pada masa penjajahan
kolonial, penulisan sejarah mulai mengalami perkembangan. Perkembangan
selanjutnya adalah di masa awal abad ke 20 M penulisan sejarah Islam di Aceh
mencakup segala aspek. Hingga kini banyak ulama-ulama yang menuliskan
historiografi Islam atau kata lain adalah historiografi Islam kontemporer.
BAB
II : PEMBAHASAN
HISTORIOGRAFI
ISLAM ACEH
A. Historiografi
Islam Aceh
Proses sejarah kekuasaan dan penguasaan Aceh pada
zaman lampau menjadikan daerah ini bagaikan sebuah laboratorium yang besar yang
tak henti-hentinya dikaji. Pekerjaan ini tidak hanya menarik bagi kalangan
sejarawan bahkan juga orang-orang yang mempunyai kepentingan sosial juga
melakukan hal yang sama. Ada dua hal yang sangat menarik hati para peneliti
sejarah ketika hendak menelaah lebih jauh tentang keberadaan Aceh. Dalam satu sisi
Aceh dipandang sebagai salah satu kota perdagangan yang terpenting di Nusantara
yang sering disebut-sebut oleh bangsa Barat. Pada sisi lain Aceh tempat
terjadinya peristiwa penting ketika masuknya Islam ke Nusantara. Para peneliti
telah banyak menghabiskan waktu researchnya di Aceh untuk mengkaji hal
tersebut. Misalnya penelitian terhadap tulisan dan makam-makam Islam di Aceh. [1]
Seperti yang diketahui penulisan sejarah di Aceh
mulanya hanya berbentuk narasi atau hikayat. Historiografi Islam mulai ditulis
oleh para ulama-ulama Sufi pada masa proses masuknya Islam ke Aceh. Tulisan
tersebut berbentuk naskah yang berisikan syair-syair tarikat serta kedekatan
makhluk kepada Tuhan. Seperti syair yang ditulis oleh Hamzah Fansuri.
B. Perkembangan
Historiografi Aceh
Perkembangan penulisan sejarah Indonesia yaitu
kajian tentang tradisi penulisan sejarah suku-suku bangsa, penulisan sejarah
kolonial, dan sejarah mutakhir dengan segala dimensinya (kronologis dan
tematik).[2] Sama
dengan penulisan sejarah Indonesia, penulisan sejarah Aceh juga bertumpu pada
empat periodesasi penulisan, yaitu
sebagai berikut :
1. Historiografi
Tradisional.
Penulisan sejarah tradisional adalah
penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuknya Islam di
Indonesia. Di aceh sendiri, sastra Aceh juga
memiliki keterpengaruhan Hindu,seperti adanya Hikayat Sri Rama dalam bahasa Melayu, dikenal sebagai
saduran dari Kakawin Ramayana karya Walmiki. Baik versi Aceh maupun
Melayu dari Hikayat Sri Rama maupun Rahwana telah menimbulkan dugaan bahwa hikayat
itu mencerminkan sejarah Aceh dan Raja Rahwana yang dimaksud di dalamnya adalah Raja
yang pernah bertahta di Indrapuri (Aceh Besar).[3]
Ciri khusus penulisan sejarah
tradisional adalah berkisah mengenai silsilah raja-raja dan
hegemoni kerajaan. Pengaruh kerajaan yang begitu besar membuat narasi sejarah
saat itu hanya berkisar kepahlawanan bangsawan saja. Sehingga, yang terjadi
adalah banyaknya kerancuan dalam narasi tersebut. Adanya bagian konstruksi yang
dipisahkan karena alasan politik semata seperti otoritas yang berhak untuk
menuturkan narasi sejarah sesuai dengan kedudukan di dalam masyarakat.[4] Isi
tulisan periode ini menyebutkan istilah-istilah yang menunjukkan kepada narasi
tertentu seperti haba, hikayat, kisah, tambo. Haba dalam bahasa Aceh berasal
dar bahasa Arab khabar yang Rosenthal disebutkan sebagai salah satu bentik dasar
historiografi Islam.Tulisan sejarah periode ini seperti
Hikayat Raja-Raja Pasai dan Bustanus Salatin oleh Syeikh Nuruddin
Ar-Raniry serta Hikayat Aceh.[5] Di
sisi lain, sejarah juga ditulis untuk mengabadikan kenangan para tokoh-tokoh
tertentu.[6]
Selain bersifat kerajaan, penulisan
sejarah tradisional juga meliputi syair-syair para ulama sufi, seperti Hamzah
Fansuri, Syamsudin Sumatrani, dan banyak lainnya.
2. Historiografi
Kolonial.
Historiografi kolonial adalah historiografi Islam pada periode perlawanan terhadap kolonialisme terutama
pada masa penetrasi politik Barat yang menimbulkan reaksi di Aceh. Penulisan
sejarah di Aceh periode ini dicirikan dengan hikayat-hikayat Aceh yang
bertujuan untuk membangkitkan semangat perang melawan penjajahan. Seperti Hikayat
Prang Sabi. Hikayat Prang Sabi adalah sebuah hikayat yang diciptakan atau
dikarang oleh Tgk Chik pante kulu yang merupakan sebuah syair kepahlawanan yang
membentuk suatu irama dan nada yang sangat heroik yang membangkitkan semangat
para pejuang Aceh dari zaman penjajahan portugis sampai zaman penjajahan
Belanda hingga zaman TNA berperang dengan TNI. Hikayat lainnya adalah Hikayat
Prang Badar. Dalam hikayat tersebut mengandung unsur ajakan untuk berjihad
karena masyarakat Aceh meyakini kesyahidan ketika melawan penjajah.
Ciri lain dari penulisan sejarah periode
ini adalah Eropasentris. Pada awal abad 17-20 M historiografi merupakan warisan
kolonial dan digunakan untuk penjajahan. Di Aceh banyak tokoh-tokoh Barat yang
menulis sejarah Aceh. Tokohnya seperti Dr.Snouck Hurgronje menulis buku
berjudul De Atjehers (1893), Denys Lombard bukunya berjudul Lesultanat dāAtjeh
au Temps dāIskandar Muda (1967), J.Kraemer bukunya berjudul De Groote Moskee te
Koeta Radja (1921), H.K.J. Cowan menulis sebuah buku berjudul Bijdrage tot de
Kennis der Geschiedenis van het rijk Samoedra Pase(1938).[7] Dan
ada juga Zentgraaff yang menulis buku berjudul Atjeh yang berisikan tentang perang
kolonial Belanda di Aceh serta.[8]
3.
Historiografi
Islam periode awal abad 20 M.
Historiografi ini juga disebut
historiografi nasional. Yaitu berkisar waktu pasca kemerdekaan hingga sekarang.
Tema penulisan sejarah periode ini adalah etnosentris yaitu sejarah mengenai
Aceh sendiri dan oleh orang terdekat. Aceh mulai menulis sejarah nya. Tokohnya
seperti A. Hasjmy merupakan sejarawan informal yang karyakarya
sejarahnya juga telah memberikan banyak kontribusi kepada aspek-aspek tertentu
pengetahuan kita tentang sejarah manusia dan bangsa kita. Tidak ragu lagi telah
membantu kita memahami sejarah kita secara lebih baik. [9]
Tokoh lainnya yaitu Mukti Ali dengan judul An Introduction to the Government
of
Achehās Sultanate (1970). Dengan adanya sejarawan muslim seperti Taufik
Abdullah dan Mukti Ali yang menulis
sejarah masuknya Islam di Indonesia maka yang ditulispun lebih menonjolkan
pemikirannya pada sudut pandang Islam. Karya lainnya adalah Perang di Jalan
Allah Aceh 1873- 1912 karya T. Ibrahim
Alfian.[10]
4.
Historiografi Islam Kontemporer
Historiografi kontemporer adalah
sejarah masa kini atau lebih jelasnya adalah sejarah dimana penulis pada waktu
tertentu. Tokoh-tokoh penulis historiografi kontemporer di Aceh adalah
ulama-ulama.
BAB
III : PENUTUP
A. Kesimpulan
Historiografi
Islam di Aceh dibagi atas empat periode yaitu
1. Historiografi Islam pada periode masuknya
agama Islam di Indonesia
sampai
abad ke- 16 M.
2. Historiografi Islam pada periode perlawanan
terhadap koloanialisme
terutama
pada masa penetrasi politik Barat yang menimbulkan reaksi di
Aceh,
3.
Historiografi Islam periode awal abad ke-20M.
4.
Historiografi Islam periode kontemporer.
B. Saran
Saya hanya manusia biasa yang tidak mempunyai dan
tidak berhak memiliki kesempurnaan. Dalam makalah ini tentu memiliki banyak
kekurangan, wajar saja saya sedang belajar. Dan saya berharap kepada dosen
pembimbing, teman seperjuangan saya, dan juga kepada para pembaca lainnya untuk
memberikan saran kepada saya. Agar menjadikan makalah ini untuk lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntowijoyo,
Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta :
Yayasan Bentang Budaya, 1995).
Kurdi
dkk, Aceh
Dimata Sejarawan, (Banda Aceh : LKAS Banda Aceh, 2009).
Muin
Umar, Historiografi Islam, (Jakarta :
CV.Rajawali, 1988).
H.C.Zentgraaff,
terjemahan Aboe Bakar, Aceh (Jakarta
: Penerbit Beuna, 1983).
Yusri
Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam,
(Jakarta: PT.Raja Grafindo,2004).
Jurnal
MIQOT Vol. XXXVII No. 1 Januari-Juni 2013
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Aceh
https://barukita.wordpress.com/2011/10/01/historiografi-tradisional-1-2/
[1]Kurdi dkk, Aceh Dimata
Sejarawan, (Banda Aceh : LKAS Banda Aceh, 2009), hal:177
[2] Dr.Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta :
Yayasan Bentang Budaya, 1995), hal : 79-80.
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Aceh
[4]
https://barukita.wordpress.com/2011/10/01/historiografi-tradisional-1-2/
[5] Muin Umar, Historiografi Islam, (Jakarta : CV.Rajawali, 1988), hal : 187.
[6] Dr.Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo,2004), hal:6.
[7] Muin Umar, Historiografi Islam, (Jakarta : CV.Rajawali, 1988), hal : 189.
[8] H.C.Zentgraaff, terjemahan Aboe
Bakar, Aceh (Jakarta : Penerbit
Beuna, 1983), hal : 1.
[9] Jurnal MIQOT Vol. XXXVII No. 1
Januari-Juni 2013
[10] Kuntowijoyo, hal:64.
Komentar
Posting Komentar